“Bulan suci ini adalah waktu yang paling tepat untuk mempererat silaturahmi dan berbagi kepada sesama. Kami ingin kebersamaan ini membawa keberkahan, bukan hanya hari ini, tapi untuk ke depan,” tutur Bapak Agus Gunawan Felani penuh haru.

Acara ini tidak hanya menjadi ajang berbagi takjil dan makanan berbuka, tetapi juga menyatukan berbagai kalangan dalam doa bersama, memohon keselamatan, rezeki, dan kemajuan bagi seluruh warga Desa Cimohong. Para peserta—terutama anak-anak yatim piatu—terlihat ceria dan antusias mengikuti setiap rangkaian kegiatan, dari pembacaan doa hingga santap buka puasa bersama.

Kehadiran Dr. H. Muhadi Setiabudi menjadi magnet tersendiri. Sosok yang dikenal rendah hati dan peduli ini memberikan semangat kepada masyarakat untuk terus menjaga persaudaraan dan semangat gotong royong.

“Melihat senyum adik-adik yatim piatu dan kaum dhuafa hari ini, itu sudah lebih dari cukup. Kebahagiaan mereka adalah tanggung jawab kita bersama,” ucap beliau dengan penuh empati.

Ramadan selalu membawa pesan kuat tentang kasih sayang dan kepedulian. Dan hari itu, Desa Cimohong membuktikan bahwa kebersamaan adalah kunci ketahanan sosial. Bukan hanya berbagi makanan, tetapi juga berbagi harapan dan mempererat tali kemanusiaan.

Acara ini juga menjadi contoh nyata bahwa pemerintah desa bisa menjadi ujung tombak dalam membangun solidaritas sosial—dimulai dari hal sederhana, seperti menyajikan makanan hangat dan senyum tulus kepada mereka yang membutuhkan.

Buka puasa bersama di Desa Cimohong bukan sekadar tradisi tahunan. Ini adalah perwujudan cinta yang nyata.